Sudah dua jam lelaki berambut pirang itu duduk di atas Gondola yang sedang dilabuhkan. Tak dihiraukan butir keringat yang mulai menghias wajah tirusnya, sudah terlalu biasa ia menikmati De Zome di Volendam pada senja seperti itu.
Hiruk pikuk turis memadati pelabuhan tua itu, tak sedikitpun membuatnya ingin beranjak, meninggalkan tempat kenangannya bersama gadis kecil yang selalu memamerkan lesung pipitnya kala menyaksikan kapal-kapal besar menepi.
Berkali-kali mata birunya memandang selembar kertas lusuh yang ada digenggamannya. Sebuah kertas yang warnanya sudah berubah kecoklatan, yang sudah terpenuhi garis lipatan abstrak. Bagi orang lain, mungkin sudah dibentuk bulatan bola, lalu dilempar ke tong sampah terdekat. Namun tidak bagi lelaki itu. Secarik kertas penuh tulisan yang menjadi sumber penyesalannya. Seumur Hidup.
"Dia tak ingin menemuimu sebelum pergi, hanya ada sepucuk surat yang mungkin bermanfaat untukmu," ucap seorang sahabat suatu kali.
Sayang...
Maafkan gadis kecilmu
ampuni segala keraguan ini
tak apa kau anggapku pengecut
tak apa.
Aku hanya ingin terbaik untukmu, untuk kita.
untukmu, supaya kau jera dengan negatifmu
untuk kita, agar lebih bisa menjaga hati dan kehormatan berdua.
Sayang...
Hubungan bukan hanya perihal cinta!
juga mengenai tanggung jawab serta komitmen.
Kau tahu maksudnya, sayang?