Ini cerita tentang realita, cita-cita, dan cinta. Kisah tiga gadis remaja yang bersatu dalam ikatan persahabatan.
Carissa. Gadis bertubuh tinggi semampai ini memiliki obsesi ingin memiliki toko sepatu lukis. Selepas SMA dia sudah bertekad untuk membuka usaha idamannya.
Diandra. Seorang siswi paling fashionable di sekolah. Sebagian pakaiannya didesain khusus oleh mamanya yang memang seorang desainer ternama. Sejak kecil dia sudah bermimpi untuk mengikuti jejak gemilang mamanya.
Nabilla. Sesuai namanya, tampilan dan pembawaan gadis ini paling sederhana namun tetap elegan. Begitu tergila gilanya dengan dunia fiksi, hingga punya perpustakaan kecil yang semua bukunya berisi cerita fiksi. cita cita terbesarnya adalah punya banyak novel hasil karyanya sendiri.
Carissa, Diandra, dan Nabilla dipertemukan dalam kelas yang sama saat tahun pertama di bangku SMA. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda namun dari perbesaan itu mereka bisa selalu kompak dan punya selera yang sama. Tempat hangout, makanan, juga film.
Seperti biasa, sepulang sekolah Nabilla membuka perpustakaan pribadi yang dulunya adalah garasi mobil papanya. Siang itu Nabilla melanjutkan membaca novel terjemah karya Jojo Moyes terbaru yang berjudul Me Before You. Pandangan Nabillah beralih pada dua orang yang membuka pintu gerbang rumahnya. Satu anak kecil usia sepuluh tahunan, satunya lagi, hmmm... pria tampan. sepertinya anak kuliahan.
"Kak Nabilla, Anis mau balikin novel kakak. Ceritanya seru banget. AKu mau pinjam lagi seri yang lain ya." Seru gadis mungil itu sambil menyerahkan novel yang dibawanya.
"Iya. Silakan pilih mana lagi yang mau dipinjam. masih gratis kok." Canda Nabilla.
Sementara Anis serius memilih novel, pria tampan yang teryata kakak Sepupu Anis ngajak ngobrol. Mereka pun berkenalan.
Sore hari, Carissa berniat membeli peralatan lukis yang sudah habis untuk percobaan melukis di sepatu-sepatu miliknya.
"Mas, cat akrilik warna merah muda sama hijau habisnya?" Tanya Carissa kepada petugas yang berjaga.
"Iya mbak, stok baru belum datang." Jawab petugasnya.
"Kalau memang butuh banget, kebetulan di rumah saya masih punya beberapa bungkus warna merah muda dan hijau." Sahut seseorang di sebelah Carissa.
kepalanya menoleh dan matanya menangkap sosok yang kemudian mengalihkan perhatiannya sesaat.
"Wah, kebetulan. saya mau mas." Seru Carissa antusias.
Di tempat dan waktu yang berbeda, terlihat paras cantik dengan dress merah marun bahan sifon. Kaki jenjangnya nampak indah dari lutut hingga bawah wedges dengan warna yang senada dengan gaunnya membuat pemilik nama Diandra nampak semakin anggun. Malam ini Diandra menemani mamanya menghadiri undangan fashion show di salah satu hotel ternama di kotanya.
Semua mata mengarah pada model cantik dan ganteng diatas catwalk, tak terkecuali dengan Diandra.
"Mam, model yang pakai kemeja biru tua model baru ya?" Tanya Diandra tak bisa menutupi rasa penasarannya.
"Iya, namanya Bagas. cakep ya..." Sahut mamanya.
Gadis itu hanya tersenyum sendiri mendengar yang diucapkan mamanya.
Esok harinya Nabilla, Carissa, dan Diandra bertemu di gazebo kecil depan Lab Kimia. Semua saling sapa dengan wajah cerianya masing-masing.
"Girls, kemarin gue ketemu cowok cakep, baik hati pula. Dia dengan cuma-cuma ngasih cat akrilik yang gue perluin. Padahal kan di daerah sini jarang yang jual." Caarissa menceritakan pengalamannya dengan begitu antusias.
"Gue juga kemarin didatangi cowok cakep. Asik banget diajak ngobrol. Ah, sayang nggak punya nomor teleponnya." Balas Nabilla dengan pandangan menerawang keatas tanda sedang berangan-angan.
"Kemarin pas nonton peragaan busana juga liat model ganteng banget. Kayaknya nggak pake make up pun udah mempesona. Namanya Bagas." Lanjut Diandra.
"Hah? Bagas?" Teriak Nabilla dan Carissa bersamaan.
Diandra memandang kedua temannya dengan aneh.
"Kok sama?" Seru mereka masih kompak.
Nabilla dan Carissa juga saling pandang.
Sesaat suasana hening dan tegang. Beberapa detik kemudian tawa mereka pecah. satu-persatu menjelaskan bentuk fisik dan penampilan lelaki yang mereka temui kemarin.
"Hahahaha, nggak nyangka ya. Ini kebetulan apa takdir? kita dipertemukan dengan orang yang sama dan sekali lagi, kita punya selera yang sama." Nabilla menganalisis.
"Aneh. Tapi artinya cowok itu dicoret dari daftar gebetan. Kan kita bertiga nggak boleh punya gebetan yang sama." Sahut Diandra.
"Sedelapaaan....!" Teriak Carissa lantang. membuat beberapa orang di sekitar mereka menoleh.
"Kita selamanya." Ucap Nabilla penuh makna.
END
*ini lebih mirip outline novel. Semoga aja bisa jadi novel beneran, hehehehe (Amiin)
Makasih yang udah mau baca. Silahkan yang mau ngasih kripikan :D
9-10 Juni 2013
Carissa. Gadis bertubuh tinggi semampai ini memiliki obsesi ingin memiliki toko sepatu lukis. Selepas SMA dia sudah bertekad untuk membuka usaha idamannya.
Diandra. Seorang siswi paling fashionable di sekolah. Sebagian pakaiannya didesain khusus oleh mamanya yang memang seorang desainer ternama. Sejak kecil dia sudah bermimpi untuk mengikuti jejak gemilang mamanya.
Nabilla. Sesuai namanya, tampilan dan pembawaan gadis ini paling sederhana namun tetap elegan. Begitu tergila gilanya dengan dunia fiksi, hingga punya perpustakaan kecil yang semua bukunya berisi cerita fiksi. cita cita terbesarnya adalah punya banyak novel hasil karyanya sendiri.
Carissa, Diandra, dan Nabilla dipertemukan dalam kelas yang sama saat tahun pertama di bangku SMA. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda namun dari perbesaan itu mereka bisa selalu kompak dan punya selera yang sama. Tempat hangout, makanan, juga film.
Seperti biasa, sepulang sekolah Nabilla membuka perpustakaan pribadi yang dulunya adalah garasi mobil papanya. Siang itu Nabilla melanjutkan membaca novel terjemah karya Jojo Moyes terbaru yang berjudul Me Before You. Pandangan Nabillah beralih pada dua orang yang membuka pintu gerbang rumahnya. Satu anak kecil usia sepuluh tahunan, satunya lagi, hmmm... pria tampan. sepertinya anak kuliahan.
"Kak Nabilla, Anis mau balikin novel kakak. Ceritanya seru banget. AKu mau pinjam lagi seri yang lain ya." Seru gadis mungil itu sambil menyerahkan novel yang dibawanya.
"Iya. Silakan pilih mana lagi yang mau dipinjam. masih gratis kok." Canda Nabilla.
Sementara Anis serius memilih novel, pria tampan yang teryata kakak Sepupu Anis ngajak ngobrol. Mereka pun berkenalan.
Sore hari, Carissa berniat membeli peralatan lukis yang sudah habis untuk percobaan melukis di sepatu-sepatu miliknya.
"Mas, cat akrilik warna merah muda sama hijau habisnya?" Tanya Carissa kepada petugas yang berjaga.
"Iya mbak, stok baru belum datang." Jawab petugasnya.
"Kalau memang butuh banget, kebetulan di rumah saya masih punya beberapa bungkus warna merah muda dan hijau." Sahut seseorang di sebelah Carissa.
kepalanya menoleh dan matanya menangkap sosok yang kemudian mengalihkan perhatiannya sesaat.
"Wah, kebetulan. saya mau mas." Seru Carissa antusias.
Di tempat dan waktu yang berbeda, terlihat paras cantik dengan dress merah marun bahan sifon. Kaki jenjangnya nampak indah dari lutut hingga bawah wedges dengan warna yang senada dengan gaunnya membuat pemilik nama Diandra nampak semakin anggun. Malam ini Diandra menemani mamanya menghadiri undangan fashion show di salah satu hotel ternama di kotanya.
Semua mata mengarah pada model cantik dan ganteng diatas catwalk, tak terkecuali dengan Diandra.
"Mam, model yang pakai kemeja biru tua model baru ya?" Tanya Diandra tak bisa menutupi rasa penasarannya.
"Iya, namanya Bagas. cakep ya..." Sahut mamanya.
Gadis itu hanya tersenyum sendiri mendengar yang diucapkan mamanya.
Esok harinya Nabilla, Carissa, dan Diandra bertemu di gazebo kecil depan Lab Kimia. Semua saling sapa dengan wajah cerianya masing-masing.
"Girls, kemarin gue ketemu cowok cakep, baik hati pula. Dia dengan cuma-cuma ngasih cat akrilik yang gue perluin. Padahal kan di daerah sini jarang yang jual." Caarissa menceritakan pengalamannya dengan begitu antusias.
"Gue juga kemarin didatangi cowok cakep. Asik banget diajak ngobrol. Ah, sayang nggak punya nomor teleponnya." Balas Nabilla dengan pandangan menerawang keatas tanda sedang berangan-angan.
"Kemarin pas nonton peragaan busana juga liat model ganteng banget. Kayaknya nggak pake make up pun udah mempesona. Namanya Bagas." Lanjut Diandra.
"Hah? Bagas?" Teriak Nabilla dan Carissa bersamaan.
Diandra memandang kedua temannya dengan aneh.
"Kok sama?" Seru mereka masih kompak.
Nabilla dan Carissa juga saling pandang.
Sesaat suasana hening dan tegang. Beberapa detik kemudian tawa mereka pecah. satu-persatu menjelaskan bentuk fisik dan penampilan lelaki yang mereka temui kemarin.
"Hahahaha, nggak nyangka ya. Ini kebetulan apa takdir? kita dipertemukan dengan orang yang sama dan sekali lagi, kita punya selera yang sama." Nabilla menganalisis.
"Aneh. Tapi artinya cowok itu dicoret dari daftar gebetan. Kan kita bertiga nggak boleh punya gebetan yang sama." Sahut Diandra.
"Sedelapaaan....!" Teriak Carissa lantang. membuat beberapa orang di sekitar mereka menoleh.
"Kita selamanya." Ucap Nabilla penuh makna.
END
*ini lebih mirip outline novel. Semoga aja bisa jadi novel beneran, hehehehe (Amiin)
Makasih yang udah mau baca. Silahkan yang mau ngasih kripikan :D
9-10 Juni 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar