Judul: Revolusi (Seiring waktu, cinta akan berevolusi dan menemukan jalannya).
Penulis: Reza Nufa
Penerbit: byPass
Tahun Terbit: Juni 2013 (Cetakan I)
Harga: Rp. 45.000
Jumlah halaman: 286 hal.
ISBN (10): 602-1871-54-5
ISBN (13): 978-602-1871-54-6
*
Blurb:
Malam ini Dira ulang tahun. Irham membawanya ke lantai tertinggi
sebuah gedung yang baru separuh jadi. Dira terkejut. Ternyata sudah ada
meja bundar kecil ditemani dua kursi, sedikit makanan di atasnya, serta
beberapa lilin yang membuat suasana romantis. Di kursi itu, mereka
saling tatap. Lama terdiam untuk mengerti hati masing-masing.
“Aku sayang kamu, Ra,” tegas Irham seketika.
Deg! Jantung Dira berdetak kencang. Lelaki ini benar-benar
membuatnya hanyut. Namun, sedetik kemudian, tiba-tiba ponselnya
berdering. Nama Fajar tertera di layarnya.
“Ada apa?” ucap Dira tanpa basa-basi.
“Coba kamu buka jendela kamar kamu, terus lihat ke langit.”
“….emangnya ada apa?”
“Siap ya.” Fajar menghitung perlahan, “Satu…Dua…Tiga…”
Tepat ketika hitungan ke tiga, gemerlap kembang api mewarnai langit
malam itu. Langit yang kelam berubah dengan warna-warni nan indah.
“Kamu lihat itu, Ra?” Fajar menghela napas. “Itu untuk kamu! Happy Birthday ya, Ra.”
Dira hanya tertegun. Dia dipojokkan pada dua pilihan yang membuatnya bingung.
Belum usai kebingungan itu, beberapa hari kemudian ketiganya
dipertemukan pada sebuah demo. Irham yang merupakan seorang polisi
menjaga gedung DPR/MPR dari serbuan para demonstran, salah satunya
Fajar. Sedang Dira yang mengkhawatirkan keduanya, terpaksa menyusul
mereka. Di tengah kerusuhan besar, cintanya terombang-ambing antara dua
lelaki yang berhadapan.
Lalu, pada siapa hatinya berlabuh?Si polisi, atau demonstran?
***
Banyaknya promo dari teman-teman dan penulisnya langsung, akhirnya kesampaian juga beli novel Revolusi ini (setelah bolak-balik toko buku - ngecek bukunya masih ada apa enggak - sambil ngumpulin duit).
Kata mereka yang udah baca novel ini : Kisah cinta yang nggak biasa.
Yap. aku setuju, kisah cinta yang sederhana namun mampu dikemas dengan unik dan berbeda adalah hal yang menarik minat pembaca.
Cinta segitiga itu biasa, tapi kalau tokohnya mahasiswi, demonstran dan polisi, ini cerita langka. :D (?)
Dira, gadis cuek yang lebih menjurus tomboy tiba-tiba kedatangan dua lelaki dari latar belakang yang berbeda. Dua lelaki yang sama-sama menyayanginya, sama-sama membuat Dira merasa nyaman dan tersanjung. Dua lelaki yang terang-terang menawarkan cintanya, dan mau nggak mau gadis itu harus memilih salah satunya.
Suka banget dengan penuturan tiap kalimatnya. ringan, ngalir dan ngena. hal-hal kecil yang kadang terlewatkan, bisa dilukiskan manis banget sama penulisnya,
contohnya nih ya...
Irham merasakan kebahagiaan seakan sentuhan itu
menghadirkan getar cinta. Irham menatap Dira dengan
dalam. Apakah cinta itu memang sebuah keharusan? Atau
terlahir karenanya? Yang pasti, keharusan berbeda dengan
paksaan. Dan nyatanya cinta bukanlah paksaan.
atau
Memeluknya dari jok belakang, dibelai lembut semilir angin malam,
setidaknya inilah kehangatan yang dia kenal.
menghadirkan getar cinta. Irham menatap Dira dengan
dalam. Apakah cinta itu memang sebuah keharusan? Atau
terlahir karenanya? Yang pasti, keharusan berbeda dengan
paksaan. Dan nyatanya cinta bukanlah paksaan.
atau
Memeluknya dari jok belakang, dibelai lembut semilir angin malam,
setidaknya inilah kehangatan yang dia kenal.
Dan salah satu part yang bikin nyesek adalah ketika Dira panik dan akhirnya ikut terjun ke luar yang penuh demonstran, dan salah seorang dari lelaki yang menyayanginya datang.
“Aku sayang kamu, Ra. Aku gak mau kamu terluka! Ayo, aku antar kamu pulang!” Tegasnya.
Namun Dira kembali menepisnya, “Lepas!!” Bentaknya. Hening sejenak. “Tolong pahami aku juga, ***...” Dira meneteskan air mata, “aku sayang ***. Aku gak mau dia terluka.”
Cinta segitiganya ngena banget yang di sini.
Lagi-lagi cinta haris memilih. Ada yang bahagia, ada pula yang bertepuk sebelah tangan. Ketulusan dan pengorbanan banyak, memang belum menjamin seseorang mendapat apa yang didamba.
Setelah membaca Iqra! dan Hanif, baca Revolusi terasa ringan banget. Pemikiran kritis penulisnya tentang krisisnya Indonesia masih terasa, namun khas cintanya juga dapet banget.
Sukses Terus buat Kak Reza Nufa, ditunggu kelahiran novel selanjutnya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar