Seperti sama-sama kita ketahui, hari ini kita
akan memperingati Hari Sumpah Pemuda, yaitu tanggal 28 Oktober. Mengingat
pengalaman selama Orde Barunya Suharto (dan Habibi juga, tentu saja!) maka
patutlah kiranya kita mengharapkan bahwa Hari Sumpah Pemuda kali ini akan
diperingati secara lain, berbeda dengan yang dilakukan selama tiga dasawarsa
yang lalu. Apalagi, atau lebih-lebih lagi, ketika dewasa ini negara dan bangsa
kita sedang dilanda oleh berbagai kerusuhan, oleh rasa permusuhan antar
berbagai komponen bangsa, oleh kegiatan-kegiatan terbuka atau tersembunyi
kekuatan gelap Orde Baru, oleh kerusakan moral di kalangan “elite” , dan oleh
segala macam penyakit-penyakit berat lainnya warisan rezim militer Suharto dkk.
Pemuda dalam siklus hidup seorang manusia
merupakan sebuah masa dimana seseorang mengeksplorasi dirinya. Semangat yang
menggebu-gebu dan tekad yang membara identik dengan seorang pemuda.
Tuanya umur tidak selalu berbanding lurus dengan
semangat yang ditunjukkan oleh para pemudanya. Semangat persatuan yang dulu
diusung sedikit banyak sudah terkikis saat ini, ambil contoh kasus tawuran
antar mahasiswa beberapa waktu yang lalu. Sesama mahasiswa yang seharusnya
memiliki intelektualitas tinggi ternyata salingbakuhantam satu sama lain.
Anarkisme dan perilaku destruktif tersebut tentunya sangat bertentangan dengan
semangat dan jiwa Sumpah Pemuda.
Sebuah pertanyaan muncul, mau kemanakah kita?
Seorang pemuda dan mahasiswa tentunya. Ingin terus terlena dalam indahnya dunia
ataukah membuka mata kita akan kenyataan yang ada di negeri ini? Jawabannya
kembali ke masing-masing pribadi anda, diam atau beraksi untuk negeri ini
apapun bentuknya. Berlomba-lomba mencatatkan nama dalam sejarah emas
bangsaIndonesia. Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Mengingat kebesaran arti sejarah Sumpah Pemuda
bagi perjalanan bangsa kita, maka sepatutnyalah kiranya bahwa kita semua tidak
hanya “mengenang” peristiwa besar itu, melainkan juga merenungkan, dalam-dalam,
betapa urgennya bagi kita semua untuk menjadikan peristiwa ini sebagai salah
satu di antara berbagai sarana pendidikan bangsa kita yang sedang “sakit”
dewasa ini. Berlainan dengan kebiasaan zaman Orde Baru yang hanya memperingati
peristiwa bersejarah itu sebagai “ritual” yang diisi dengan pidato-pidato para
“elite” yang munafik dan kosong isinya, maka adalah tugas bagi kita semua
untuk, selanjutnya, menjadikan Hari Sumpah Pemuda sebagai alat untuk meneruskan
tugas “national and caracter building” yang dipelopori oleh Bung Karno beserta
para perintis kemerdekaan lainnya.
berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar