Sore ini aku mengunjungimu. Banyak hari telah berlalu dan
keadaanmu masih tetap sama, duduk di ujung ranjang, dibalik jendela. Masih
mengharap kehadiran pelangi selepas hujan, yang nyatanya langit masih selalu
terik.
Seperti biasa, kuulurkan sebatang lolipop serambi meletakkan
bokong di sebelah dudukmu. Matamu tertuju pada lolipop, lalu tersenyum sesaat.
Dengan perlahan kau buka plastiknya dan langsung melahap nikmat. Ekspresimu
kembali datar menatap daun berserak yang tertiup angin di pekarangan.
Kuraih gadget ukuran 7" yang berada di belakangmu.
Ternyata masih membuka aplikasi sosmed
yang menampilkan gambar seorang perempuan bersama dua lelaki.
"Bagaimana bisa
kamu mengatakan sudah maafkannya, bahkan hanya untuk melihat senyumnya di foto
kamu menjadi begitu hancur. Seberapa besar kau membenci perempuan itu? bukankah
tempo hari sudah saling minta maaf dan memaafkan? lagi pula sudah tak ada hak
untukmu membencinya. Semua sudah menjadi masa lalu. Berdamailah dengan keadaan.
Masih banyak hal yang bisa kau lalui tanpa melibatkannya!" Tanpa mampu
kupendam aku memakimu. Maaf.
"Oh, atau kamu merindukan salah satu dari lelaki yang
ada di foto itu? Buang jauh-jaub pikiran itu. Cinta membuatmu gila."
Teriakku frustasi.
"Sudah ribuan kali kau mengatakannya. Bukannya aku tak
bisa menerima kenyataan. Namun seberapapun melupakan luka, goresannya akan
tetap terasa. Selamanya." Kembali kulihat butiran air dari pelupuk matamu.
Sebegitu dalamkah luka yang kau rasakan? berbagilah. Aku tak
ingin kau kembali trauma. Keadaanmu yang seperti ini membuatku takut menjalin
hubungan dengan seseorang. Aku takut keblabasan memberi kebebasan yang akhirnya
justru masuk ke lubang kegelapan dan menyisakan banyak goresan luka.
kenal cinta, maka akan kenal luka
BalasHapusYapp, siap bertemu cinta, siap pula bertemu Luka :)
BalasHapus