Antropologi, terutama antropologi budaya
yang oleh Koentjaraningrat (1990; 1112) dikatakan sebagai penggati ilmu budaya,
merupakan studi tentang manusia dengan kebudayaannya. Sedangkan oleh E.A.
Hoebel (Fairchild, H.P. dkk,1982; 12) didefinisikan sebagai studi tentang
manusia dengan pekerjaannya, lebih menitiberatkan pada kebudayaan sebagai hasil
dari pengembangan akal pikir manusia. Konsep kerja yang dikemukakan oleh
Hoebel, juga lebih berkonotasi budaya daripada hasil gerak tangan dan otot
semata-mata.
Sudut pandang antropologi terhadap
perspektif global, terarah pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan
kebudayaan dalam konteks global. Namun demikian, sorotan dan kajiannya, tidak
terlepas mulai dari tingkat local, regional, nasional, internasional sampai ke
tingkat global yang sedang mengarus pada saat ini. Hakikatnya, perkembangan
aspek kehidupan apapun yang mengarus mulai dari tingkat local sampai ke global,
dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat
manusia. Misalnya kendaraan mulai dari yang didorong/ditarik oleh manusia,
ditarik oleh hewan, kendaraan bermotor sampai kendaraan luar angkasa. Pakaian
mulai kulit kayu, kulit binatang,wool sampai serat sintetis. Semua itu tidak
lain adalah hasil pengembangan akal pikiran manusia atau hasil pengembangan
budaya sebagai perkembangan kebudayaan.
Oleh karena itu, proses dan arus global
dalam kehidupan sesungguhnya adalah proses global kemampuan budaya atau proses
kebudayaan. Dengan memperhatikan dan menyimak apa yang telah diilustrasikan
berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga
aspek-aspek kebudayaannya, kita telah melihat perspektif kebudayaan,
menganalisis perkembangan kebudayaan dari masa yang lalu, hari ini, dan
kecenderungan di masa yang akan datang.
Salah satunya yang terus berkembang, baik perkembangan dan pengembangan
dirinya maupun perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya adalah IPTEK.
Hanya di sini wajib kita sadari bahwa IPTEK itu hasil pikiran akal manusia,
sehingga jangan terjadi manusia seolah-olah dikendalikan IPTEK, tidak justru
manusia yang mengendalikan IPTEK. Dengan pengembangan dan peningkatan daya
pikir yang aktif, kritis, kita menghindarkan diri dari ketergantungan terhadap
IPTEK yang hakikatnya adalah produk budaya, yang seharusnya kita manusia
mengendalikannya.
Sudut pandang antropologi terhadap
perspektif global, berarti mengamati, menghayati, dan memprediksi perkembangan
kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta unsur-unsurnya itu berkaitan satu
sama lain terintegrasidalam kehidupan umat manusia. Secara perspektif,
meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah
sumber daya (budaya). Hal ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang
diperoleh budaya dalam arti yang seluas-luasnya, formal, nonformal, dan
informal.
Perkembangan budaya (daya pikir) dengan
kebudayaan (hasil daya pikir) sebagai satu kesatuan, berjalan menembus waktu
hari ini, hari kemarin, dan hari esok mencapai tatanan global. Apalagi dengan
semakin majunya elektronik (radio, TV, telepon, dll) yang menurut Marshall
McCluhan (Ackoff, 1974;5) menyebabkan terjadinya global village, dusun global
yang mencerminkan tertembusnya batas-batas local dan regional membentuk tatanan
kehidupan mendunia.
Dalam kehidupan manusia yang semakin
terbuka, persilangan kebudayaan, bukan hanya merupakan tantangan, melainkan
sudah menjadi kebutuhan. Negara-nagara di dunia, termasuk di dalamnya
Indonesia, secara sengaja melakukan pertunjukan kesenian keliling dunia,
kunjungan anggota DPR ke seluruh dunia, pertukaran pelajar-pelajar antarnegara.,
belum lagi pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai ilmu
pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manuisa yang menjadi dutanya
berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa dan dibawakanya bercampur
baur. Dalam kondisi yang demikian, disadari atau tidak, terjadi persilangan
unsur-unsur kebudayaan. Proses yang demikian tidak dapat dicegah, bahkan
dilakukan secara sengaja. Pada aspek-aspek tertentu, bahkan direncanakan secara
sistematis. Demikianlah proses globalisasi budaya yang secara sengaja dilakukan
oleh kelompok-kelompok manusia, dan bahkan oleh Negara-negara di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar