Dia dokter. Ah, bukan. Lebih
tepatnya calon dokter. Tubuhnya tinggi dan
putih. Bisa dibilang badannya tidak terlalu berisi, tulang selangkanya
sangat jelas terbentuk. Meski begitu, tak pernah kudengar ia mengeluh sakit.
Wajahnya tirus, oval dan jika tersenyum
dagunya nampak semakin melengkung, tipis. Rambutnya tebal dan sedikit pirang.
Jika dibuat jambul, manjadi mirip bule. Jika di sisir rapi tipis, ditambah
kacamata mungil yang melindungi kedua matanya, membuat calon dokter itu lebih terlihat
cerdas.
Jas putih yang selalu dikenakan
ketika praktik membuatnya semakin gagah. Tak pernah ia lupakan seulas senyuman
untuk setiap pasien yang memerlukan bantuannya. Satu kebiasaan yang sedikit
berbeda dengan orang lain, jam tangannya selalu melingkar di pergelangan tangan
kanannya.
Tulisan. Ya, hanya dengan sebuah
tulisan aku berhasil menemukannya. Tulisan yang telah menyadarkanku akan Tuhan,
tulisan yang sukses mengetuk hatiku yang keras, tulisan yang memaksaku untuk memahami
makna sebuah perjuangan.
Aku tak akan menyebut apa yang
kurasakan tentangnya adalah cinta. Omong kosong cinta jika kami belum saling
kenal. Bagiku cinta adalah ketika seorang lelaki dan perempuan sudah saling
mengenal dan memahami hati lawan jenisnya, bukan hanya sebatas pandang mata atau
pertemuan sekali.
Sejujurnya tak ingin berharap
lebih untuk bisa menjadi dekat dengannya, namun, tak tahu dari mana keyakinan
itu datang, aku percaya kami akan dipertemukan kembali, pada waktu dan tempat
yang indah. Ketika semuanya telah
berjalan lancar.
ciee resti,,:P
BalasHapusaamiiin yaa rahman,,kutunggu undangan walimahmu cantik :D
isnaaaa....
BalasHapushehe, itu tulisan iseng, tapiin, diamini boleh juga, :p