Malam ini rembulan bersinar terang, bahkah sangat terang hingga bintang-bintang disekitarnya turut bersinar sangat indah. seorang gadis manis duduk di balkon lantai dua rumahnya. pandangannya menerawang jauh, ingin menyentuh kehangatan sang bulan. tetesan kristal bening masih saja mengalir dari mata sipitnya. sesekali dipandangi benda sepanjang 12 inci di depannya yang juga memancarkan sinar, tapi sinar ini beda dengan sumber cahaya bulan.
"Kini baru kusadari ternyata..." kata-kata gadis itu terpotong oleh isakan tangisnya sendiri.
melalui benda mungil didepannya, tanpa sengaja dia membaca sebuah catatan seorang teman yang tertulis dalam sebuah jejaring sosial. hatinya bergejolak dan sulit untuk diartikan. tulisan yang dibacanya ternyata mengenai seseorang yang dia sukai, dia kagumi dan dia harapkan untuk jadi kekasihnya. tanpa diduga, ternyata temannya juga memiliki rasa yang sama kepada lelaki itu.
gadis itu tak mengerti mengapa dirinya bisa sedemikian terpukulnya menerima pengakuan temannya. apa karena temannya ternyata lebih akrab dengan lelaki itu? apa karena temannya lebih bisa mengekpresikan perasaannya terhadap lelaki itu? entahlah.
"Sebelum ada yang mengetahui perasaanku, aku akan berhenti berharap." ungkapnya dalam kesendirian, menatap lurus sang bulan.
sakit. mungkin itu yang namanya cinta. hati merasa gundah dan terluka saat mendapati kenyataan apa yang dicintainya tak bisa menjadi miliknya.
"Bagaimana kamu akan berkata selamat tinggal kepada seseorang yang tak pernah kamu miliki? kenapa tetes air mata jatuh demi seseorang yang tidak pernah menjadi kepunyaanmu? kenapa kamu mencintai seseorang yang cintanya tak pernah untukmu?" Seseorang membisiki gadis itu dengan sangat lembut. Tak ingin gadis kecilnya selalu patah hati dengan orang yang belum jadi miliknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar