mengapa waktu tak pernah berpihak kepadaku
apakah aku terlalu, terlalu banyak berkelana
mengapa kita masih saja tak pernah bersatu
selalu saja bertemu, bertemu saat kau milik yang lain
apakah aku terlalu, terlalu banyak berkelana
mengapa kita masih saja tak pernah bersatu
selalu saja bertemu, bertemu saat kau milik yang lain
mungkin kau bukanlah jodohku, bukan takdirku
terus terang
terus terang
aku merindukanmu, setengah mati merindu
tiada henti merindukanmu
masih hatiku untukmu, aku tetap menunggumu
tiada henti merindukanmu
masih hatiku untukmu, aku tetap menunggumu
mengapa waktu tak pernah berpihak kepadaku
apakah aku terlalu, terlalu banyak berkelana
apakah aku terlalu, terlalu banyak berkelana
mungkin kau bukanlah jodohku
atau bahkan bukan takdirku
terus terang (terus terang)
atau bahkan bukan takdirku
terus terang (terus terang)
aku merindukanmu, setengah mati merindu
tiada henti merindukanmu
masih hatiku untukmu, aku tetap menunggumu
tiada henti merindukanmu
masih hatiku untukmu, aku tetap menunggumu
aku merindukanmu, setengah mati merindu
aku merindukanmu, masih hatiku untukmu
aku tetap menunggumu (ku tetap menunggu)
(setengah matiku menunggumu) menunggumu
aku tetap menunggumu
aku merindukanmu, masih hatiku untukmu
aku tetap menunggumu (ku tetap menunggu)
(setengah matiku menunggumu) menunggumu
aku tetap menunggumu
Tiga hari perjalanan di bis terlalu banyak dengerin lagu ini jadinya sampai masuk hati.
Merindu dan menunggu.
Nggak tahu kenapa, setelah sekian waktu tak ada komunikasi, tak pernah bersua, harapan itu masih ada. Keinginan untuk menunggu tetap terjaga, dan rasa rindu masih kerap muncul menemani sepinya hari.
Besarnya keinginanku untuk bersama, sepertinya telah membuatku percaya bahwa kita akan bertemu lagi di kemudian hari, di masa yang sebenarnya.
Pada nyatanya, jika mau lebih lama membuka mata, angan itu terlampau jauh untuk tergapai. Lirik lagu diatas. Memang begitu adanya.
Hatinya kini menjadi milik yang lain. Dia mengatakannya sendiri. Salahkah aku? haruskah rasa ini kubunuh saja? Sudah berulang kali. Dan berulang kali pula emosi untuk memikirkannya datang kembali.
Hai lelaki pemberi harapan palsu, pesona apa yang kau tebar hingga rasaku begitu kuat terhadapmu?
Hai lelaki pemberi harapan palsu, pesona apa yang kau tebar hingga rasaku begitu kuat terhadapmu?
Alway waiting you Mr. Blue
Tidak ada komentar:
Posting Komentar