Senin, 01 Juni 2015

Kabar

Dear you...

Apa kabar kamu? 
Kuharap kamu selalu sehat di sana.
Lama tak jumpa ya...
Sudah sampai mana desertasimu? Terakhir komunikasi kamu mengatakan sedang sibuk dengan tugas akhirmu itu. Oh ya, omong-omong soal tugas akhir, aku mau memberi tahu sekaligus  minta doa agar dilancarkan ujian skripsiku hari kamis, 4 juni 2015. Ayo kamu segera menyusul. Bukankah kamu pernah mengatakan kalau imgin cepat menyandang ggelar mastermu? Kutunggu kabar terselesainya studimu di pulau seberang.
Dear, setelah sekian lama kamu pergi dari pandanganku, yang akhirnya pergi juga dari kehidupanku, nyatanya bayangmu masih belum pergi dari hatiku. Maafkan untuk pengakuanku ini. Mungkin memang tak pantas lagi kukatakan seperti itu karena semua telah berakhir ribuan hari lalu. Aku bahkan tak mampu menghitung berapa banyak hari yang lulalui tanpamu. 

Kamu tak pernah menanyakan kabar hatiku kan? Kali ini kuberanikan diri untuk mengabarkannya padamu.
Aku belum mampu menghapus namamu yang telah tertancap dalam dihati ini. Beberapa kali kucoba untuk membuka hati pada yang lain, nyatanya aku justru menyakiti mereka. Ketulusan hatiku belum juga bisa diberikan seutuhnya pada orang lain. Lagi-lagi aku selalu membandingkan mereka denganmu. Dari mereka yang mendekat, ada satu dua yang kuterima menemani hariku, tapi ujung-ujungnya aku meminta mereka untuk menjauh. Semua karena aku tak dapat melihat mereka seutuhnya. Boleh kubilang aku jahat, tapi jangan mengata aku mempermainkan mereka. Aku sudah berusaha untuk membuka lembaran baru, yang akhirnya tetap hati ini kembali padamu. 
Dear, harusnya aku sudah tal berhak atas harimu. Aku bahkan tak tahu siapa yang ada dihatimu kini. Pernah seseorang dengan senang hati melapor padaku siapa saja perempuan yang dekat denganmu. Ya, aku mengerti kamu memang penuh pesona, tak sulit bagimu untuk menunjuk perempuan mana yang kamu ingin. Mumgkin banyak diantara mereka yang kecewa tak bisa mendapatkamu. Seperti aku juga yang terjebak pesonamu. Bedanya, dulu aku pernah memilikimu. Harus kuakui, itu dulu. Sebelum kamu pergi keluar pulau dan memiliki perempuan idaman lain.  Heran juga dengan diriku sendiri. Sikapmu yang seperti itu tak berpengaruh terhadap rasa sayangku. Berhenti menjalin ikatan yang kuputuskan, memang tak sepaket memutuskan rasa yang ada.
Surat pertamaku terlalu panjang ya? Maaf aku terlalu menggebu menuliskannya. Selama tiga puluh hari ke depan, aku akan mengirimkan goresan-goresan pena untukmu, jadi jangan jengah dengan apa yang kutulis ya...

Aku yang pernah menjadi bagian darimu,

M



1 komentar: