Selasa, 15 September 2015

Pergilah

Selamat malam kamu yang belum juga beranjak dari benakku. Kamu tahu, aku begitu lelah atas apa yang ada dalam hatiku. Beranjaklah. Pergilah sejauh-jauhnya seperti menjauhnya ragamu dari pandanganku. Jika kamu tak paham dengan apa yang kurasa, biar kukatakan sekarang agar kamu bisa menggambarkannya. Tak mudah bagiku untuk menaruh hati pada seorang lelaki. Dan ketika satu waktu kutemukan tempat berlabuh, hampir seluruh isi hati kujatuhkan padanya. Ibarat air yang menetes perlahan masuk ke dalam botol, lalu ketika sudah penuh tiba-tiba botolnya tersenggol hingga airnya tumpah. Mau terkumpul sebanyak apapun, volume airnya akan berbeda. Juga sesuatu yang menjadi basah akibat tumpahnya air. Paham dengan analogiku? Oh baiklah akan kujelaskan tanpa pengandaian jika kamu tak memahaminya.
Kamu merasakan sendiri bagaimana melunakkan hatiku dulu. Kamu tahu bahwa perasaanku hadir amat perlahan hingga akhirnya aku benar-benar yakin untuk lebih dari sekedar mengagumimu. Namun ketika bunga dalam hati ini sedang mekar-mekarnya, justru kau petik tanpa merawatnya lagi? Kamu yang membuatku jatuh hati, kamu juga yang telah merobek isi hati ini. Pengabaian menjadi faktor utama, banyak pula faktor lain yang kamu sendiri tak ingin repot-repot mencari tahu.
Setelah segala luka kurasakan, seharusnya sudah tak ada lagi alasanku untuk merindukanmu. Namun ternyata....
Ah, kumohon berhentilah membayangi hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar