Rabu, 06 Desember 2017

Enam Desember

Hai, apa kabarmu di sana?
sudah Lebih dari seminggu tak mendengar cerita ceritamu. Ehm, aku berlebihan ya?seminggu mungkin bagimu masih waktu yang sedikit dibanding dengan segala kesibukanmu. Atau, kau tak sedang menungguku untuk menghubungimu lebih dulu kan? Kuharap kau memang sedang sibuk.
Terkadang jemari ini begitu gelisah ingin menekan tombol panggilan pada nomormu, namun lagi lagi kuurungkan niatku. Selain karena takut mengganggumu, aku juga sadar bahwa kita memang belum diperbolehkan untuk bebas berkomunikasi sepanjang waktu. Aku paham, aku mengerti. Bahkan kamu juga kerap kali mengingatkanku jika aku hampir melampaui batas. 

Aku memang bukan pendosa, namun juga Bukan pula perempuan yang suci dari segala maksiat. Terlebih maksiat hati. Boleh kutanya, jika tiba tiba aku mengingatmu kemudian jantungku berdebar, apa itu sudah melampaui batas? aku takut terjerumus dosa atas pemikiranku sendiri, padahal kamu juga tak pernah lelah untuk selalu mengingatkan bahwa kita harus selalu menjaga diri dan hati masing masing. 
Aku tahu sekarang belum menjadi waktu yang tepat untuk kita bersua dan membicarakan perihal rasa, Namun terlarangkah jika kukatakan bahwa saat ini aku merindukanmu? maafkan aku jika aku telah mendahului mengutarakannya. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan saat ini selain berdoa. Dan meyakinkan hatiku, benarkan kau yang akan menua bersamaku kelak? ataukan kita akan menerima takdir yang berbeda?
Terkadang aku takut. Aku takut kalau kenyataannya nanti tak seperti yang diharapkan. Apa kamu juga pernah mengkhawatirkan.ini? kalau iya, mari sama sama menguatkan hati. Kalau belum, ajari aku untuk berani menghadapi apa yang akan terjadi nanti. Ajari aku untuk mempersiapkannya. Kuharap kamulah takdirku. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar