Sabtu, 22 Februari 2014

Dilema

Dia bukan malaikat. Ya. Hanya seorang gadis yang kebetulan memiliki hati yang begitu lembut. Semua percaya kalau gadis bak malaikat itu memikat banyak lelaki. Sebagai layaknya seorang wanita, ia selalu berusaha menjaga kehormatan dan harga dirinya. Jika tak berkenan dihati, tak sekalipun mereka beri harap palsu. Gadis itu, belum sekalipun memberi ruang khusus terhadap seorang lelaki.
Belakangan ini hatinya mulai terketuk. Merasakan sentuhan hangat dari seseorang, yang sayangnya adalah cinta pertama salah seorang sahabat, yang tak terlupakan. Namun siapa pula yang berani menyalahkan hati ketika sebuah rasa muncul untuk seseorang pada waktu yang belum tepat?
"Aku serius sayang sama kamu," ucap lelaki itu begitu sederhana.
Kaget. Tak percaya. Khawatir. Bingung.
Bagaimana tidak, sahabatnya memiliki rasa yang mendalam terhadap lelaki itu, haruskah ada luka? siapa?
Butiran air mata tak kuasa dibendung dari telaga indahnya. Keindahan mulai terasa dalam hati, namun kenyataan tak berpihak padanya.
Gadis berhati lembut itu tak kuasa tuk menyakiti salah satu. Pula, tak mungkin mampu membahagiakan keduanya. Bila menyatukan lelaki itu dengan sahabatnya, mungkin tak apa baginya. Tapi tidak bagi lelaki itu. Akan lebih menyiksa karena tak ada sayang.
Rindu. Merindukan yang belum pernah ada, salahkah? Ya. gadis itu merindukan sosok yang bisa memberikan tawa, juga mengajari bersyukur. Dan itu didapat dari lelaki itu. Kerap kali ia mengucap, Aku juga sayang kamu. juga tak jarang meminta, Peluk aku, usap kepalaku. Sayang, semua hanya dalam hati.
"Maafkan aku," ungkap gadis itu akhirnya, sambil menyeka sungai kembarnya yang mengalir deras. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar