Sabtu, 02 Oktober 2010

Makhluk Ganteng di Kelas

Langit pagi terlihat mendung. Dengan hati tak bersemangat, Nasya melangkah menyusuri koridor sekolah. Setelah melewati ruang guru, ruang kepsek, naik tangga dan melewati kelas XI IPA 1 akhirnya Nasya sampai di kelasnya. Kelas yang di atas pintu tertulis XI IPA 2.
“Hai Bell, gimana kabarnya?” Tanya Nasya saat masuk kelas.
“Aku baik. Kalau kamu sendiri?” Bella balik bertanya.
“Aku juga baik. Oh ya, anak-anak belum berangkat ya?”
“Belum. Masih males kali… By the way liburan kamu kemana aja?” Tanya Bella.
Kemudian saling bercerita liburan mereka. Ya… Nasya dan semua siswa SMA Bina Persada memang baru saja berlibur dua minggu setelah Test semester gasal. Dan pantas saja di kelas Nasya masih sepi padahal di kelas lain sudah banyak siswa. Anak-anak kelas Nasya memang terkenal malas dan sering membuat ‘ulah’. Dan itu membuat siswa yang rajin jadi ikut dampaknya, termasuk Nasya.
Tepat pukul 07.00, bel masuk berbunyi. Alhasil teman-teman Nasya banyak yang terlambat. Tapi mereka masih beruntung karena mereka sampai dikelas sebelum ada guru mengajar.
“Eh…ada bu Ida….” Teriak Wisnu dari luar kelas.
Dengan spontan para siswa duduk manis di bangku masing-masing. Suasana kelas yang tadinya bak pasar, berubah seperti kuburan saat Bu Ida wali kelas XI IPA 2. Beliau salah satu guru kiler Nasya.
“Selamat pagi…..” Kata Bu Ida saat masuk kelas.
“Pagi Bu…..” Jawab para siswa mirip anak TK saat dituntun untuk mengeja kata.
“Senang sekali kita dapat kembali belajar disini setelah lama berlibur. Dan Hari ini ada surprise untuk kalian….” Bu Ida terlihat berwibawa.
“Surprise apa bu….?” Anak-anak penasaran.
“Kalian anak mendapat teman baru…..” Bu Ida memberi kejutan.
Kelas langsung riuh kembali.
“Devan, ayo masuk dan memperkenalkan diri.” Bu Ida memandang kearah pintu.
Seorang cowok berbadan atletis masuk kelas. Semua murid cewek langsung terpesona. Tak terkecuali Nasya.
“What........Devan................?????” Batin Nasya.
“Ehm... Nama saya Devan Ibam Nugraha. Tapi saya sering dipanggil Devan. Saya pindahan dari SMA 1 Bandung. Saya pindah ke Semarang karena Orang tua saya pindah tugas di Semarang. Saya harap kalian bisa membatu saya di sekolah ini.” Devan menutup perkenalannya.
Sesekali Devan melirik ke arah barisan paling kanan. Entah melihat siapa.
“Baiklah, Devan sekarang kamu duduk disitu.” Bu Ida menunjuk ke bangku yang masih kosong.
“Terima kasih Bu....” Devanpun menurutinya.
“Anak-anak, saya harap kalian bisa menjadi contoh yang baik untuk Devan, dan mau membantunya. Karena saya ada rapat maka saya tinggal dulu. Tapi ingat kalian tidak boleh ramai.” Nasihat Bu Ida.
“Baik Bu.........” Jawab anak-anak kompak.
Setelah Bu Ida Keluar ruangan. Hampir semua anak mengerumuni meja Devan sekedar untuk berkenalan. Dan para cewek banyak yang agresif tanya ini itu. Hanya Nasya dan beberapa temannya yang nggak ikut berebut ingin kenalan.
Nasya memang termasuk murid cerdas di kelas karena ulangannya nyaris sempurna. Mungkin itu dipengaruhi oleh sikapnya yang kalem dan tidak neko-neko.
“Sya, kamu tadi udah kenalan dam Devan belum?” Tanya Bella, teman sebangku Nasya, yang agak centil tapi baik.
“Belum, emang kenapa?” Tanya Nasya datar.
“Yah...kamu nggak seru. Tadi waktu aku salaman sama Devan, tangannya halus banget. Dan yang pasti dia ganteng bangeeet.....” Kata Bella pelan. Takut terdengar Devan.
“Biasa aja kali. Nggak perlu di dramatisir and Jangan Lebay.” Kata Nasya jujur.
“Ah Nasya nggak asyik. Nil, ke kantin yuk....” Bella mengajak Nily anak yang duduk di depan Nasya.
“Eh non, ini masih pagi dan belum jam istirahat...” Nasya memberi peringatan.
“Suka-suka aku dong...” Bella menjulurkan lidah pada Nasya.
###
Bel Pulang sekolah berbunyi. Semua siswa bergegas memasukkan alat tulisnya kedalam tas lalu pulang ke rumah masing-masing. Seperti biasa Nasya pulang sekolah naik angkot bersama Nily karena rumahnya searah.
“Sya, kamu kok kayaknya nggak tertarik sama cowok baru itu?” Tanya Nily saat di dalam angkot.
“Biasa aja kok...” Jawab Nasya datar.
“Kok jawabnya singkat banget? Tapi kalau dipikir-pikir dia cakep ya...” Nily memberi pendapat.
Nasya cuma tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya.
“Kamu nggak tahu Nil, kalau aku juga udah suka sama Devan sejak pertama kali melihatnya.......”Ucap Nasya dalam hati.
Sesampai di rumah Nasya langsung ganti baju lalu menyalakan laptop untuk masuk ke dunia maya. Laptop Nasya memang online internet, jadi Nasya bebas mengakses apapun sesukanya (paling sering game online).
Hp Nasya bergetar saat ia sedang asyik main game. Dengan enggan Nasyapun melihat layar hpnya yang ternyata ada SMS masuk. Setelah dibuka ternyata SMS dari Devan.
Devan : Hai Sya... lg ap nich?
Pasti penasaran kenapa Devan bisa tahu nomor hp Nasya..........iya kan .....................?
Sebenarnya Nasya dan Devan sudah saling kenal. Semua itu berawal saat liburan ketika Devan dan ortunya datang ke rumah Nasya. Jadi ortu Nasya dan ortu Devan sudah berteman lama, hanya saja mereka tak pernah berjumpa karena ortu Devan tinggal di Bandung sementara ortu Nasya di Semarang. Nah.... saat baru datang di Semarang, Devan dan ortunya datang ke rumah Nasya untuk silaturahmi. Secara otomatis Nasya dan Devan menjadi kenal. Sejak itu mereka sering berhubungan Dengan semangat Nasya langsung membalas SMSnya
Nasya : Q lg main game OL. Km sndri?
Devan : Q lg dengerin msik.... O ya, km kok tadi pura2 ga’ kenal ma Q?
Nasya : Emangny Q hruz gmn? Km jg jahat ma Q....
Devan : Emang Q salah apa ma km?
Nasya : Knp km ga bilang mau pindah ke sekolah Q?
Devan : Maaf deh.... sebenarnya Q mau buat kejutan ma km . . .
Pipi Nasya memerah saat membaca SMS itu.
Nasya : Tapi kan Q jdi kaget 
Devan : Berarti kejutanku berhasil... Kamu pasti senang iya kan???
Nasya : Biasa aja tuh..... oh ya, SMSan nya nanti ja ya coz Q lg nge’game.
Devan : OK deh....... see you....
“Jadi selama ini tanya-tanya tentang sekolah sama kelasku karena dia mau masuk di sekolahku to....” Kata Nasya dalam hati. Sedikit GR.

DUA BULAN KEMUDIAN.........

Hari masih pagi. Nasya hanya seorang diri di kelas karena belum seorang temanpun yang berangkat sekolah.
“Met pagi Sya.................” Kata seseorang dari luar kelas yang membuat Nasya terkejut.
“Met pagi.....” Jawab Nasya setelah mengetahui siapa yang menyapanya.
“Sya, kamu sebenarnya kenapa? Kok akhir-akhir ini aku telepon nggak diangkat terus kalau SMS jarang di balas. Kalaupun di balas jawabnya singkat banget. Apa aku punya salah sama kamu?” Kata Devan to the point.
“Nggak ada apa-apa kok.” Nasya menjawab dengan singkat.
“Sya, please...... kamu jujur sama aku. Atau............ kamu jealous sama Vera?” Devan mencoba menggoda.
“Ye..... jangan kePDan deh. Lagian apa untungnya jealous sama Vera?” Kata Nasya sedatar mungkin.
“Ehm...ehm.... cie..... pagi-pagi udah berduaan.” Seseorang muncul masuk kelas.
“Apaan sih Bell, baru datang langsung buat gosip. Kita itu baru berdua, BUKAN udah berduaan. Lagian anak-anak belum pada dateng.” Nasya manyun.
“Iya iya, santai aja bu jangan-marah dulu.” Bella nyengir kuda.
“Memangnya aku ibumu apa.... eh aku kebelakang dulu ya...” Nasya langsung pergi meninggalkan Bella dan Devan.
“Van, si Nasya kenapa kok sensi gitu?” tanya Bella.
Devan hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu.
Sejak Devan menjadi siswa baru di SMA Bina Persada, tidak ada seorangpun yang mengetahui bahwa Devan dan Nasya sudah saling kenal. Apalagi disekolah keduanya juga tidak begitu akrab. Mungkin karena Nasya yang agak pendiam ditambah lagi Devan yang menjadi idola dadakan para siswi. Jadinya Nasya juga agak minder. Sejak satu minggu yang lalu Devan dan Nasya juga mulai jarang berkomunikasi, lebih tepatnya Nasya bersikap dingin terhadap Devan. Hal itu karena Devan sedang dekat dengan Vera. Teman sekelasnya yang juga cewek populer di sekolah.
“Devan...... ku akui kalau aku memang cemburu kamu dekat sama Vera. Tapi aku juga nggak berhak melarang kamu untuk dekat dengannya. Lagipula Vera itu lebih segalanya dariku. Ya Tuhan.... semoga perasaan ini bisa hilang secepatnya agar hatiku tak jatuh lebih salam lagi....” Ucap Nasya dalam hati saat berada di toilet.
Setelah kembali ke kelas, Nasya langsung di introgasi oleh Bella.
“Sya, kamu kenapa jadi sensi gitu? Oh ya, kamu ada masalah sama Devan? terus tadi ngobrol apa aja sama Devan?” Tanya Bella panjang lebar.
“Aku yang harusnya tanya sama kamu Bell, kenapa jadi introgasi aku?”
“Sya, kamu kok jadi sewot? Kamu nggak diapa-apain sama Devan kan?”
“Maaf Bell. Tapi aku baik-baik aja kok.” Jawab Nasya sambil tersenyum.
“Sya menurutku makin lama Devan kok makin ganteng aja ya....” Ucap Bella “Biasa aja kali. Kamunya aja yang lebay.....” Celetuk Nasya.
“Eh iya, kamu udah tahu belum kalau Devan sama Vera jadian?” tanya Bella.
What?!?!?!?!........ Perasaan Nasya jadi tak menentu.
“Dapat kabar dari mana?” Tanya Nasya sambil mengatur perasaannya.
“Kamu kan tahu sendiri kalau mereka sering bareng. Terus kemarin malam aku liat mereka lagi makan jagung bakar Bang Ujang dekat sekolah.” Jelas Bella.
“Oh…… “ Jawab Nasya datar.
“Sya, kamu nggak jealous kan sama Vera? Kok kamu jadi lesu gitu.”
“Siapa juga yang jealous, Aku cuma capek dari tadi berdiri gara-gara ditanyain kamu terus.” Gerutu Nasya.
###
TIGA HARI KEMUDIAN.........

“Sya, ada temannya diluar....” Mama mengetuk pintu kamar Nasya.
“Siapa ma?” tanya Nasya setelah membuka pintu.
“Lihat saja sendiri.” Mama menuju ke dapur.
Dengan langkah malas Nasya menuju ke halaman, dari jauh terlihat seseorang yang sedang duduk di kursi taman rumahnya.
“Ehm.... ada apa?” Tanya Nasya setelah berada di dekat tamunya.
“Sya, kenapa sih kamu jadi ketus sama aku sekarang?”
“Perasaan kamu aja kali. Aku biasa aja kok.” Ucap Nasya datar.
“Maaf kalau ganggu. Aku cuma mau mengembalikan ini.” Devan menyerahkan buku milik Nasya.
“Kapan kamu pinjamnya? Bukannya ini di pinjam Bella?” Nasya jadi bingung.
“Aku memang pinjam dari Bella. Awalnya aku mau pinjam catatan punya Bella, tapi katanya lebih lengkap punya kamu, akhirnya aku dipinjami punyamu. Memangnya Bella belum bilang? Katanya dia mau bilang catatanmu dipinjam aku.” Jelas Devan panjang lebar.
Nasya hanya ber ‘O’ panjang setelah mendengar penjelasan Devan. Juga agak kesal kenapa Bella nggak bilang.
“E.....Sya boleh tanya sesuatu nggak?” Kata Devan pelan.
“Asal nggak yang aneh-aneh....” Jawab Nasya.
“Sebelumnya aku minta maaf.Aku nggak sengaja menemukan ini di catatanmu.” Devan menunjukkan selembar kertas yang bertuliskan “Kenapa harus Devan yang ku suka??” “ Bisa kamu jelasin apa maksudnya?” Lanjut Devan.
“Itu bukan tulisanku...” Bantah Nasya cepat. Sambil menyembunyikan degup jantungnya yang berdetak amat cepat.
“Aku tahu kamu bohong. Jelas-jelas cara nulisnya sama dengan tulisanmu di catatan..... Sya please apa benar kamu suka aku?” Tanya Devan penuh harap.
“Jujur..... YA.... tapi itu dulu, dan NGGAK untuk sekarang.” Jawab Nasya bohong.
“Sya, sebenarnya dari dulu sampai sekarang aku juga suka sama kamu. Tapi setelah aku perhatikan sepertinya kamu nggak sadar itu.” Ucap Devan dan membuat Nasya terkejut.
Nasya hanya tersenyum getir setelah mendengarnya.
Kalau kamu benar, lantas apa maksudnya kamu jadian sama Vera.
“Nasya....... sekarang aku tahu mengapa kamu menjadi dingin sama aku. Pasti karena Vera.” Devan seperti membaca pikiran Nasya. “Kamu pasti salah paham. Sebenarnya aku sama Vera itu saudara sepupu. Aku emang sengaja dekat sama dia buat mengetahui reaksi kamu. Dan aku berhasil. Kamu udah nunjukin kalau kamu suka sama aku.” Kata Devan dengan ringan.
“Oh, sepupu....... tapi kalaupun kalian memang jadian, nggak berpengaruh kok sama aku. Dan satu lagi, kamu jangan terlalu pede. Mentang-mentang banyak yang naksir, terus seenaknya aja ngira aku suka sama kamu.” Lagi-lagi Nasya berbohong.
“Nasya, tolong beri aku kejujuran. Apa perlu aku buktikan kalau aku cinta sama kamu?” Kata Devan pelan dan menatap Nasya. Sayang Nasya tak berani menatap mata Devan.
Nasya tetap terdiam, bingung harus berkata apa.
“Ya udah, kalau kamu memang nggak mau jawab sekarang, Mungkin kamu perlu waktu. Aku harap kamu mau memberikan jawaban yang benar-benar dari hatimu. Aku pulang dulu....” Devan meninggalkan Nasya dengan langkah tak bersemangat.
“Devan........” Panggil Nasya saat Devan akan membuka gerbang rumah Nasya. “ Perlu kamu tahu kalau sekarang aku udah nggak suka lagi sama kamu. Tapi................ Sekarang aku cinta kamu..........” Kata Nasya pelan namun terdengar sangat jelas di telinga Devan.
“Jadi........” Devan tak sanggup meneruskan kata-katanya.
Nasya lalu mengangguk seakan sudah tahu apa yang akan diucapkan Devan selanjutnya.
Di taman rumah Nasya, mereka berpelukan. Dibalik pepohonan ada seekor kupu-kupu yang sedang menyaksikan luapan rasa bahagia dua remaja yang sedang mabuk asmara.
###
“Dev, aku sama sekali nggak menyangka kalau ini benar-benar terjadi. Awalnya aku pikir ini nggak akan terjadi” Kata Nasya saat mereka berangkat sekolah bersama.
Devan hanya tersenyum penuh arti.

END

(masih byk slah ketik)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar