Carver, Scheier, dan Weintraub mengembangkan
instrumen pengukuran yang disebut “the
Cope” yang mengidentifikasikan 14 strategi, respon atau kategori coping, yaitu:
1.
Coping aktif (active Coping)
2. Perencanaan (Planing)
3. Penekanan terhadap kegiatan yang lebih penting (skala prioritas)
4. Menahan diri
5. Mencari dukungan instrumental (using instrumental support)
6. Mencari dukungan emosional (using emotional support)
7. Menafsirkan situasi secara positif (positif reframing)
8. Menerima kenyataan (Acceptance)
9. Kembali ke agama (Turning to religion)
10. Melepaskan emosi (Venting of emotion)
11. Menolak situasi yang mungkin terjadi (Denial)
12. Melakukan suatu kegiatan (Behavioral disengangement)
13. Melepaskan beban mental (Mental disengangement)
14. Melepaskan tekanan dengan minuman keras atau obat terlarang (Alcohol-drug disengangement)
2. Perencanaan (Planing)
3. Penekanan terhadap kegiatan yang lebih penting (skala prioritas)
4. Menahan diri
5. Mencari dukungan instrumental (using instrumental support)
6. Mencari dukungan emosional (using emotional support)
7. Menafsirkan situasi secara positif (positif reframing)
8. Menerima kenyataan (Acceptance)
9. Kembali ke agama (Turning to religion)
10. Melepaskan emosi (Venting of emotion)
11. Menolak situasi yang mungkin terjadi (Denial)
12. Melakukan suatu kegiatan (Behavioral disengangement)
13. Melepaskan beban mental (Mental disengangement)
14. Melepaskan tekanan dengan minuman keras atau obat terlarang (Alcohol-drug disengangement)
Pendapat
di atas menunjukkan bahwa “coping” terhadap stres itu ada yang positif dan ada
juga yang negatif.
Menurut Weitten dan Lloyd di
antara coping yang negatif adalah:
1. Giving
up (withdraw), melarikan diri dari
kenyataan atau situasi stres, yang bentuknya seperti : sikap aapatis,
kehilangan semangat atau perasaan tak berdaya, dan meminum-minuman keras atau
mengonsumsi obat-obat terlarang.
2. Agresif,
yaitu berbagai perilaku yang ditunjukkan untuk menyakiti orang lain, baik
secara verbal maupun non-verbal.
3. Memanjakan
diri sendiri (indulging your self),
dengan berperilaku konsumerisme yang berlebihan, seperti: makan yang enak-enak,
merokok, meminum-minuman keras, menghabiskan uang untuk berbelanja.
4. Mencela
diri sendiri (blaming your self),
yaitu mencela atau menilai negatif terhadap diri sendiri, sebagai respons
terhadap frustasi atau kegagalan dalam memperoleh sesuatu yang diinginkan
5. Mekanisme
pertahanan diri (defence mechanism),
yang bentuknya seperti: menolak kenyataan dengan cara melindungi diri dari
suatu kenyataan yang tidak menyenangkan, berfantasi, intelektualitas, dan overcompensation
Sementara
“coping” diartikan sebagai upaya-upaya menghadapi stres secara sehat, yaitu:
1. Menghadapi
masalah secara langsung, mengevaluasi alternatif secara rasional dalam upaya
memecahkan masalah tersebut.
2. Menilai
atau mempresepsi situasi stres didasarkan kepada pertimbangan yang rasional.
3. Mengendalikan
diri (self control) dalam mengatasi
masalah yang dihadapi.
Coping
yang konstruktif dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan atau metode
seperti berikut:
a. Rational
Emotive Therapy
Merupakan
suatu pendekatan terapi yang memfokuskan kepada upaya untuk mengubah pola
berpikir klien yang irrasional sehingga dapat mengurangi gangguan emosi atau
perilaku yang maladaptif. Terapi ini
dikemukakan oleh Albert Ellis. Dia berkeyakinan bahwa kita dapat menurangi
reaksi-reaksi emosional terhadap stress dengan mengubah penilaian kita terhadap
situasi atau peristiwa stress. Menurut dia reaksi emosional yang bermasalah
bersumber dari “self talk” yang negative, yang dia namai “catascropic thinking”
(penilaian terhadap stress secara tidak realistic, sehingga memicu meningkatnya
masalah). Dalam arti penialain yang tidak realistic terhadap stress bersumber
dari pikiran atau asumsi yang irrasional.
Pikiran-pikiran irrasional itu seperti berikut :
a.
Saya harus dicintai
atau disayangi oleh semua orang
b.
Saya harus tampil
sempurna dalam setiap keadaan
c.
Orang lain harus
memperlakukan saya dengan baik
d.
Segala sesutau harus
berlangsung sesuai dengan cara yang saya senangi
Seseorang yang memiliki pikiran irrasional seperti di
atas, akan rentan stress sebab suasana kehidupan nyata sangat berbeda dengan
apa yang dia pikirkan.
Gagasa Ellis tentang hal tersebut dirumuskan dalam
teori ABC (activating event, belief system, dan consecuence).
a)
activating event, (A)
merupakan peristiwa yang dipandang menjadi sumber stress, seperti kegagalan
memperoleh prestasi yang baik.
b) belief system, (B) keyakinan atau persepsi tentang peritiwa (positif
atau negative, rasional atau irrasional)
c) consecuence,(C) adalah dampak (baik secara emosi maupun perilaku)
dari cara berpikir apakah positif atau negative.
b.
Meditasi
Meditasi merupakan latuhan mental untuk memfokuskan
kesadaran atau perhatian dengan cara yang non analitis. Meditasi dewasa ini
banyak digunakan oleh banyak orang. Melalui meditasi seseorang dapat meredam
atau mereduksi kekuatan emosinya.
c.
Relaksasi
Menurut Lehrer dan Woolfolk (1984), relaksasi dapat
mengatasi kekalutan emosional dan mereduksi masalah fisiologis (gangguan atau
penyakit fisik). Herbert Benson, seorang ahli kardiologi di Sekolah Kesehatan
Harvard mengemukakan langkah-langkah relaksasi, yaitu sebagai berikut :
Ø Duduklah dengan tenang dalam posisi yang nyaman
Ø Tutuplah mata anda
Ø Buatlah relaks semua otot-otot, mulai dari kaki sampai
wajah anda
Ø Bernafaslah melalui hidung, dan keluarkan melalui
mulut, setelah anda kelurkan nafas melalui mulut, katakanlah satu dan seterunya
secara berulang-ulang
Ø Lakukanlah relaksasi itu selama 10 sampai 20 menit
d.
Mengamalkan ajaran
agama sebagai wujud keimanan kepada tuhan
Orang taat beragama atau memiliki keimanan kepada
tuhan, maka ia akan mampu mengelola hidup dan kehidupannya secara sehat, wajar,
dan normative, serta mampu menghadapi situasi stress secara positif dan
kontruktif.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah stress,
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Memahami tingkat stress
sendiri
b)
Memahami faktor-faktor
yang menyebabkan stress
Faktor-faktor penyebab stress ada yang bersifat intern
dan ekstern.
c)
Menemukan alternative
solusi stress yang dihadapi
Kiat-kiat yang dapat
dilakukan untuk menghadapi stress anatara lain sebagai berikut :
Ø Mengubah persepsi yang negative terhadap sesuatu
Ø Menurunkan kadar minat atau keinginan terhadap sesuatu
Ø Menghilangkan pola berpikir yang irrasional
Ø Berpikir positif, tidak berburuk sangka
Ø Mencari dukungan sosial, emperbanyak teman yang baik
ahlaknya
Ø Mengelola kehidupan sehari-hari secara teratur,
Ø Merawat kesehatan diri dengan cara menjauhi
perbuatan-perbuatan yang dilarang agama
Ø Berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sosial-kemasyarakatan
Mengamalkan ajaran agama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar