PEMBAHASAN
A. Kreativitas
Seni
Kreativitas sebagai proses kreatif dalam penciptaan karya seni yang
menghasilkan sesuatu yang baru, oleh Hurlock (1983) yang dikutip oleh Utami
Munandar (1988, 2-3) mengatakan :
“Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan suatu yang baru,
apakah suatu gagasan atau suatu yang baru, kreativitas sebagai proses pemikiran
berbagai gagasan, melibatkan berbagai pemikiran dan pengalaman sedemikian rupa,
sehingga menghasilkan gagasan yang baru atau bentuk yang baru yang sebelumnya
tidak terpikirkan oleh mereka “.
Pertumbuhan jiwa seni pada setiap anak berbeda, tergantung lingkungan yang
kondusif dan dan peran orang tua. Pengaruh tersebut menyebabkan jiwa
seni yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda intensitas dan kualitasnya. Dengan
demikian proses kreatif akan terjadi bila kegiatan pembelajarannya dikondisikan
dalam aktivitas kerja sama serta memiliki keberanian didalam merefleksikan
sikap dalam bentuk kreativitas tari.
1. Pengembangan Kreativitas
Dalam
membantu mewujudkan kreativitas anak, mereka perlu dilatih keterampilan
tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk
mengembangkan bakat atau talenta mereka. Untuk menumbuhkan motivasi intrinsic
pada anak, sebaiknya anak diberikan kebebasan berpikir dengan menyediakan
sarana dan prasarana yang merangsang minat anak, sehingga dorongan ke arah
kreativitas menjadi semakin kuat.
Kreativitas
anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan,
penolakan atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan emosional yang berlebih juga
tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena kurang memberi
kebebasan kepada anak untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan
pendapat atau minat. Untuk mewujudkan kemampuan potensial mereka diperlukan
pelayanan khusus dari guru yang memiliki karakteristik khusus dan mendapat
pelatihan khusus.
2. Membangkitkan Kreativitas Siswa
Guru
mempunyai dampak yang besar tidak hanya pada prestasi pendidikan anak, tetapi
juga pada sikap anak terhadap sekolah dan terhadap belajar pada umumnya. Namun
guru juga dapat melumpuhkan keingintahuan anak, merusak motivasi, harga diri,
dan kreativitas anak. Bahkan guru-guru dapat mempengaruhi anak melebihi orang
tua. Hal ini disebabkan guru lebih banyak kesempatan untuk merangsang atau
menghambat kreativitas anak ketimbang orang tua.
Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas tari anak
ialah dengan mendorong motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik akan tumbuh,bila
guru memungkinkan anak bisa diberi otonomi sampai batas tertentu dikelas.
Untuk lebih menggali potensi peserta didik dalam menari anak diberi
kebebasan mengembangkan dan mengekspresikan daya imajinasinya, sehingga potensi
yang ada pada dirinya dapat betul-betul berkembang. Dalam proses kreatif ini
guru berperan sebagai motivator dan fasilitator, anak didorong
untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri atau mengaktualisasikan diri melalui
karya kreatifnya. Tari dalam konteks pendidikan menurut Yulianti Parani (1984),
merupakan kegiatan yang kreatif dan konstruktif,serta menumbuhkan intensitas
emosional dan makna-makna. Ia dapat menjadi aktivitas rekreasi, tetapi juga
dapat menjadi alat ekspresi dan laku estetis, dan disinilah letak nilainya bagi
anak-anak. Dalam pendidikan, gerak tari harus kita amati dari watak ekspresinya
sebab inilah yang mencerminkan nilai imajinasi anak.
Pada anak usia SD/MI juga masih tergolong pada masa peniruan, karena anak
lebih suka menirukan gerak-gerik oranng dewasa dan objek apapun tidak lolos
dari pengamatannya yang kemudian dijadikan bahan peniruannya. Tindakan meniru
ini adalah awal anak belajar, sehingga dalam susunan tarian anak-anak sifatnya
lebih kepada peniruan atau imitatif.
Melalui pembelajaran seni tari di SD/MI diharapkan dapat menumbuhkan
kreativitas siswa, sehingga kelak dikemudian hari ia mampu berdiri diatas kaki
sendiri.
B.
Konsep Pendidikan
Seni Tari Drama di SD
konsep seni
tari drama sebagai sarana pendidikan adalah konsep pendidikan yang paling
sesuai bagi anak SD. secara umum konsep pendidikan seni tari drama sebagai
media berfungsi untuk membantu pertumbuhan anak, meningkatkan
pertumbuhan fisik mental dan estetik, memberikan
sumbangan ke arah sadar diri dan pemecahan
masalah, membina imajinasi kreatif, memurnikan
cara berfikir, berbuat dam menilai, memberikan
sumbangan kepada perkembangan kepribadian.
Profil guru
yang di butuhkan untuk membimbing seni tari drama di SD adalah seorang guru yang bersikap sebagai seorang teman yang
dalam perlakuannya lebih banyak membimbing dari pada menunjukkan atau memberi
perintah, mempunyai kemampuan dalam mengarahkan ke pengalaman seni dan mengembangkan
program seni tari drama, juga dapat
membangun suasana yang merangsang kualitas seni melalui dorongan antusiasnya
kepada siswanya.
C. Pembelajaran
seni drama-tari di SD
Terdapat dua hal sebagai pertimbangan pelaksanaan pendidikan seni tari di sekolah
dasar yaitu pertama, tari diajarkan untuk memberikan pengalaman kepada
seseorang agar mampu mempresentasikan diri di hadapan orang lain (sebagai
pengembangan aspek kepribadian). Kedua, tari diajarkan untuk memberikan
pengalaman kepada seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasannya (pengalaman
berkarya).
Terdapat 4 komponen dalam pembelajaran seni tari di SD/ MI, yaitu :
Ø
Komponen Tujuan
Tujuan pembelajaran tari di SD dan MI ini ialah menumbuhkan kepekaan rasa
estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiatif dan kreatif
pada diri siswa. Sikap ini hanya akan tumbuh bila dilakukan serangkaian
kegiatan melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni, baik di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Ø
Komponen Bahan/
Materi
Untuk pemenuhan komponen bahan pembelajaran tari di sekolah dasar, ruang
lingkupnya diarahkan kepada pembelajaran praktik dan pembelajaran apresiatif.
Untuk bahan ajar praktik dapat dilakukan melalui penerapan metode kreatif,
sedangkan untuk pembelajaran apresiatif dilakukan melalui pengamatan terhadap
objek baik melalui sajian pertunjukan tari secara langsung atau melalui sajian
dari visual – auditif melalui VCD, film, dsb.
Ø
Komponen Metode
dan Alat
Metode dan alat merupakan jembatan atau media transformasi bahan pelajaran
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk penggunaan alat atau media
bisa berupa material yang bisa digunakan untuk membantu dan mendukung ungkapan
tarian. Misalnya selendang, kipas, tongkat, topeng, dll. Alat atau media yang
lebih umum digunakan untuk tarian anak – anak, diantaranya saputangan, kipas,
payung, cangkul, bakul, rebana, topeng, tempurung kelapa, dll.
Ø
Komponen Penilaian
Komponen penilaian dalam bahasan ini lebih difokuskan pada penilaian
pembelajaran drama-tari. Cara
penilaiannya termasuk ke dalam penilaian non-test. Adapun kriterianya adalah
kesungguhan, kedisiplinan, keaktifan, keberanian, kerja sama, dan inisiatif.
Untuk melakukan penilaian hasil, kriteria yang digunakan yaitu wiraga,
wirahma, wirasa dan harmoni. Iyus Rusliana (1982/ 1983: 15-17)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan wiraga adalah ungkapan penari
secara fisikal dari awal sampai akhir menari. Adapun kriteria wiraga
meliputi hafal, teknik, dan ruang. Wirahma adalah kemampuan bergerak
tepat dengan irama (musik iringan tari). Wirasa adalah kemampuan
bergerak secara ekspresif atau kemampuan dalam menyertakan ekspresi (raut muka/
mimik) ke dalam tarian yang dibawakan. Harmoni yaitu kesan keseluruhan dari
tarian yang dibawakan oleh penari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar