Minggu, 16 Desember 2012

makalah kreativitas seni


PEMBAHASAN

A.    Kreativitas Seni
Kreativitas sebagai proses kreatif dalam penciptaan karya seni yang menghasilkan sesuatu yang baru, oleh Hurlock (1983) yang dikutip oleh Utami Munandar (1988, 2-3) mengatakan :
“Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan suatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu yang baru, kreativitas sebagai proses pemikiran berbagai gagasan, melibatkan berbagai pemikiran dan pengalaman sedemikian rupa, sehingga menghasilkan gagasan yang baru atau bentuk yang baru yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka “.
Pertumbuhan jiwa seni pada setiap anak berbeda, tergantung lingkungan yang kondusif dan dan peran orang tua. Pengaruh tersebut menyebabkan jiwa seni yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda intensitas dan kualitasnya. Dengan demikian proses kreatif akan terjadi bila kegiatan pembelajarannya dikondisikan dalam aktivitas kerja sama serta memiliki keberanian didalam merefleksikan sikap dalam bentuk kreativitas tari.
1. Pengembangan Kreativitas
Dalam membantu mewujudkan kreativitas anak, mereka perlu dilatih keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat atau talenta mereka. Untuk menumbuhkan motivasi intrinsic pada anak, sebaiknya anak diberikan kebebasan berpikir dengan menyediakan sarana dan prasarana yang merangsang minat anak, sehingga dorongan ke arah kreativitas menjadi semakin kuat.
Kreativitas anak dapat dihambat dengan suasana emosional yang mencerminkan rasa permusuhan, penolakan atau rasa terpisah. Tetapi keterikatan emosional yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan kreativitas anak, mungkin karena kurang memberi kebebasan kepada anak untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam menentukan pendapat atau minat. Untuk mewujudkan kemampuan potensial mereka diperlukan pelayanan khusus dari guru yang memiliki karakteristik khusus dan mendapat pelatihan khusus.
2. Membangkitkan Kreativitas Siswa
Guru mempunyai dampak yang besar tidak hanya pada prestasi pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak terhadap sekolah dan terhadap belajar pada umumnya. Namun guru juga dapat melumpuhkan keingintahuan anak, merusak motivasi, harga diri, dan kreativitas anak. Bahkan guru-guru dapat mempengaruhi anak melebihi orang tua. Hal ini disebabkan guru lebih banyak kesempatan untuk merangsang atau menghambat kreativitas anak ketimbang orang tua.
Cara yang paling baik bagi guru untuk mengembangkan kreativitas tari anak ialah dengan mendorong motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik akan tumbuh,bila guru memungkinkan anak bisa diberi otonomi sampai batas tertentu dikelas.
Untuk lebih menggali potensi peserta didik dalam menari anak diberi kebebasan mengembangkan dan mengekspresikan daya imajinasinya, sehingga potensi yang ada pada dirinya dapat betul-betul berkembang. Dalam proses kreatif ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator, anak didorong untuk dapat memecahkan masalahnya sendiri atau mengaktualisasikan diri melalui karya kreatifnya. Tari dalam konteks pendidikan menurut Yulianti Parani (1984), merupakan kegiatan yang kreatif dan konstruktif,serta menumbuhkan intensitas emosional dan makna-makna. Ia dapat menjadi aktivitas rekreasi, tetapi juga dapat menjadi alat ekspresi dan laku estetis, dan disinilah letak nilainya bagi anak-anak. Dalam pendidikan, gerak tari harus kita amati dari watak ekspresinya sebab inilah yang mencerminkan nilai imajinasi anak.
Pada anak usia SD/MI juga masih tergolong pada masa peniruan, karena anak lebih suka menirukan gerak-gerik oranng dewasa dan objek apapun tidak lolos dari pengamatannya yang kemudian dijadikan bahan peniruannya. Tindakan meniru ini adalah awal anak belajar, sehingga dalam susunan tarian anak-anak sifatnya lebih kepada peniruan atau imitatif.
Melalui pembelajaran seni tari di SD/MI diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas siswa, sehingga kelak dikemudian hari ia mampu berdiri diatas kaki sendiri.

B.     Konsep Pendidikan Seni Tari Drama di SD
konsep seni tari drama sebagai sarana pendidikan adalah konsep pendidikan yang paling sesuai bagi anak SD. secara umum konsep pendidikan seni tari drama sebagai media berfungsi untuk membantu pertumbuhan anak, meningkatkan pertumbuhan fisik mental dan estetik, memberikan sumbangan ke arah sadar diri dan pemecahan masalah, membina imajinasi kreatif, memurnikan cara berfikir, berbuat dam menilai, memberikan sumbangan kepada perkembangan kepribadian.
Profil guru yang di butuhkan untuk membimbing seni tari drama di SD adalah seorang guru yang bersikap sebagai seorang teman yang dalam perlakuannya lebih banyak membimbing dari pada menunjukkan atau memberi perintah, mempunyai kemampuan dalam mengarahkan ke pengalaman seni dan mengembangkan program seni tari drama, juga dapat membangun suasana yang merangsang kualitas seni melalui dorongan antusiasnya kepada siswanya.

C.     Pembelajaran seni drama-tari di SD
Terdapat dua hal sebagai pertimbangan pelaksanaan pendidikan seni tari di sekolah dasar yaitu pertama, tari diajarkan untuk memberikan pengalaman kepada seseorang agar mampu mempresentasikan diri di hadapan orang lain (sebagai pengembangan aspek kepribadian). Kedua, tari diajarkan untuk memberikan pengalaman kepada seseorang untuk mengungkapkan ide atau gagasannya (pengalaman berkarya).
Terdapat 4 komponen dalam pembelajaran seni tari di SD/ MI, yaitu :
Ø  Komponen Tujuan
Tujuan pembelajaran tari di SD dan MI ini ialah menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiatif dan kreatif pada diri siswa. Sikap ini hanya akan tumbuh bila dilakukan serangkaian kegiatan melalui keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Ø  Komponen Bahan/ Materi
Untuk pemenuhan komponen bahan pembelajaran tari di sekolah dasar, ruang lingkupnya diarahkan kepada pembelajaran praktik dan pembelajaran apresiatif. Untuk bahan ajar praktik dapat dilakukan melalui penerapan metode kreatif, sedangkan untuk pembelajaran apresiatif dilakukan melalui pengamatan terhadap objek baik melalui sajian pertunjukan tari secara langsung atau melalui sajian dari visual – auditif melalui VCD, film, dsb.
Ø  Komponen Metode dan Alat
Metode dan alat merupakan jembatan atau media transformasi bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk penggunaan alat atau media bisa berupa material yang bisa digunakan untuk membantu dan mendukung ungkapan tarian. Misalnya selendang, kipas, tongkat, topeng, dll. Alat atau media yang lebih umum digunakan untuk tarian anak – anak, diantaranya saputangan, kipas, payung, cangkul, bakul, rebana, topeng, tempurung kelapa, dll.
Ø  Komponen Penilaian
Komponen penilaian dalam bahasan ini lebih difokuskan pada penilaian pembelajaran drama-tari. Cara penilaiannya termasuk ke dalam penilaian non-test. Adapun kriterianya adalah kesungguhan, kedisiplinan, keaktifan, keberanian, kerja sama, dan inisiatif. Untuk melakukan penilaian hasil, kriteria yang digunakan yaitu wiraga, wirahma, wirasa dan harmoni. Iyus Rusliana (1982/ 1983: 15-17) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan wiraga adalah ungkapan penari secara fisikal dari awal sampai akhir menari. Adapun kriteria wiraga meliputi hafal, teknik, dan ruang. Wirahma adalah kemampuan bergerak tepat dengan irama (musik iringan tari). Wirasa adalah kemampuan bergerak secara ekspresif atau kemampuan dalam menyertakan ekspresi (raut muka/ mimik) ke dalam tarian yang dibawakan. Harmoni yaitu kesan keseluruhan dari tarian yang dibawakan oleh penari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar