Jumat, 17 Mei 2013

Perpsektif Global dari Visi Antropologi



Antropologi, terutama antropologi budaya yang oleh Koentjaraningrat (1990; 1112) dikatakan sebagai penggati ilmu budaya, merupakan studi tentang manusia dengan kebudayaannya. Sedangkan oleh E.A. Hoebel (Fairchild, H.P. dkk,1982; 12) didefinisikan sebagai studi tentang manusia dengan pekerjaannya, lebih menitiberatkan pada kebudayaan sebagai hasil dari pengembangan akal pikir manusia. Konsep kerja yang dikemukakan oleh Hoebel, juga lebih berkonotasi budaya daripada hasil gerak tangan dan otot semata-mata.

Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global, terarah pada keberadaan dan perkembangan budaya dengan kebudayaan dalam konteks global. Namun demikian, sorotan dan kajiannya, tidak terlepas mulai dari tingkat local, regional, nasional, internasional sampai ke tingkat global yang sedang mengarus pada saat ini. Hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apapun yang mengarus mulai dari tingkat local sampai ke global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat manusia. Misalnya kendaraan mulai dari yang didorong/ditarik oleh manusia, ditarik oleh hewan, kendaraan bermotor sampai kendaraan luar angkasa. Pakaian mulai kulit kayu, kulit binatang,wool sampai serat sintetis. Semua itu tidak lain adalah hasil pengembangan akal pikiran manusia atau hasil pengembangan budaya sebagai perkembangan kebudayaan.
Oleh karena itu, proses dan arus global dalam kehidupan sesungguhnya adalah proses global kemampuan budaya atau proses kebudayaan. Dengan memperhatikan dan menyimak apa yang telah diilustrasikan berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, kita telah melihat perspektif kebudayaan, menganalisis perkembangan kebudayaan dari masa yang lalu, hari ini, dan kecenderungan di masa yang akan datang.  Salah satunya yang terus berkembang, baik perkembangan dan pengembangan dirinya maupun perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya adalah IPTEK. Hanya di sini wajib kita sadari bahwa IPTEK itu hasil pikiran akal manusia, sehingga jangan terjadi manusia seolah-olah dikendalikan IPTEK, tidak justru manusia yang mengendalikan IPTEK. Dengan pengembangan dan peningkatan daya pikir yang aktif, kritis, kita menghindarkan diri dari ketergantungan terhadap IPTEK yang hakikatnya adalah produk budaya, yang seharusnya kita manusia mengendalikannya.
Sudut pandang antropologi terhadap perspektif global, berarti mengamati, menghayati, dan memprediksi perkembangan kebudayaan secara menyeluruh yang aspek serta unsur-unsurnya itu berkaitan satu sama lain terintegrasidalam kehidupan umat manusia. Secara perspektif, meningkatnya pendapatan masyarakat (ekonomi) terkait dengan meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan dirinya menggunakan peralatan mengolah sumber daya (budaya). Hal ini tidak dapat dilepaskan dari pendidikan yang diperoleh budaya dalam arti yang seluas-luasnya, formal, nonformal, dan informal.
Perkembangan budaya (daya pikir) dengan kebudayaan (hasil daya pikir) sebagai satu kesatuan, berjalan menembus waktu hari ini, hari kemarin, dan hari esok mencapai tatanan global. Apalagi dengan semakin majunya elektronik (radio, TV, telepon, dll) yang menurut Marshall McCluhan (Ackoff, 1974;5) menyebabkan terjadinya global village, dusun global yang mencerminkan tertembusnya batas-batas local dan regional membentuk tatanan kehidupan mendunia.
Dalam kehidupan manusia yang semakin terbuka, persilangan kebudayaan, bukan hanya merupakan tantangan, melainkan sudah menjadi kebutuhan. Negara-nagara di dunia, termasuk di dalamnya Indonesia, secara sengaja melakukan pertunjukan kesenian keliling dunia, kunjungan anggota DPR ke seluruh dunia, pertukaran pelajar-pelajar antarnegara., belum lagi pertemuan internasional berbagai pakar dari berbagai ilmu pengetahuan. Dalam suasana yang demikian, manuisa yang menjadi dutanya berinteraksi, sedangkan aspek budaya yang dibawa dan dibawakanya bercampur baur. Dalam kondisi yang demikian, disadari atau tidak, terjadi persilangan unsur-unsur kebudayaan. Proses yang demikian tidak dapat dicegah, bahkan dilakukan secara sengaja. Pada aspek-aspek tertentu, bahkan direncanakan secara sistematis. Demikianlah proses globalisasi budaya yang secara sengaja dilakukan oleh kelompok-kelompok manusia, dan bahkan oleh Negara-negara di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar